TIONGHOA RASA JAWA (4): Berbagi dengan Warga

Di klenteng ini, sajian makanan dan buah untuk arwah leluhur tak hanya dari umat Tri Dharma. Masyarakat sekitar juga membawa sajian yang sama demi mencari berkah.

idealoka.com (Jombang) – Keterlibatan masyarakat sekitar dalam perayaan besar di klenteng Hong San Kiong, Desa/Kecamatan Gudo, Jombang, Jawa Timur, sangat kentara. Salah satunya dalam perayaan sembahyang rebutan.

Read More

Ritual cing ho ping atau ulambana ini bertujuan mendoakan arwah leluhur yang diperingati tiap tanggal 29 bulan 7 tahun Imlek. “Mirip ritual nyadran kalau di Jawa,” kata pengurus klenteng setempat yang juga penyuluh agama Konghucu, Nanik Indrawati, Minggu, 4 Februari 2018.

Nanik Indrawati

BACA : TIONGHOA RASA JAWA (1): Gudo dan Sejarahnya

Sebelum upacara dimulai, ratusan orang berbondong-bondong menuju klenteng dengan membawa berbagai macam sajian atau suguhan.

Mulai dari nasi lengkap dengan lauk pauknya, kue, sampai buah-buahan dan makanan ringan lainnya. Suguhan itu diserahkan ke klenteng.

“Pihak klenteng mengeluarkan sesajian khusus yang inti tapi yang banyak kira-kira 90 persen dari masyarakat sekitar,” kata Nanik. Ritual mendoakan arwah hanya diikuti umat Tri Dharma sedangkan masyarakat menunggu di halaman klenteng.

BACA : TIONGHOA RASA JAWA (2): Toleransi dari Hati

Setelah ibadah penganut Tri Dharma selesai, mulailah dilakukan pembagian sesajian yang sudah dikumpulkan dan diacak.

“Sesajian dari masyarakat itu kami kumpulkan dan diacak dan dibagi lagi ke masyarakat dengan tambahan sembako dari yayasan klenteng,” katanya.

Disebut sembahyang rebutan karena setelah ritual dilakukan pembagian sesajian makanan atau buah dari masyarakat dan biasanya ada yang berebut.

BACA : TIONGHOA RASA JAWA (3): Pribumi dan Berkah Dewa

Menurut Nanik, dalam kegiatan ini juga timbul sugesti masyarakat tentang masa depannya. Jika barang yang didapat lebih baik atau lebih berharga dari yang diserahkan ke klenteng, dipercaya kehidupannya akan beruntung dan rejekinya melimpah.

Sebaliknya, jika yang didapat lebih kecil nilainya maka kehidupannya dipercaya akan susah.

BACA : TIONGHOA RASA JAWA (5): Akulturasi Sosial Budaya

“Misalnya hari ini membawa buah mangga tapi baliknya mendapat tumpeng nasi, dipercaya tahun ini akan hidup makmur. Kalau dapatnya malah lebih kecil misalnya kerupuk berarti hidupnya dipercaya akan susah. Tapi itu sugesti ya,” katanya.

Remaja yang masih lajang juga mencari berkah dari sembahyang rebutan. “Cowok atau cewek yang masih jomblo kalau bisa dapat pucuknya tumpeng nasi diyakini jodohnya akan cepat,” katanya. (*)

Penulis & Foto: Ishomuddin 

Related posts

Leave a Reply