idealoka.com – Menteri Pertanian Amran Sulaiman menekankan perlunya peningkatan ekspor produk pertanian dan investasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan raihan devisa negara. Kali ini, Amran melepas ekspor komoditas hortikultura antara lain benih Kangkung 140 ton, benih jagung manis 60 ton, dan benih semangka 100 kg dengan tujuan ekspor Tiongkok dan Hongkong. Benih ekspor ini diproduksi PT Agri Makmur Pertiwi. Selain itu, komoditas lainnya yang juga diekspor adalah kacang hijau 2.200 ton tujuan Tiongkok dan Filipina yang diproduksi PT Sumber Roso Agro Makmur dan PT Exindokarsa Agung.
Pelepasan ekspor hortikultura tersebut dilakukan di lingkungan PT Agri Makmur Pertiwi di Jalan Raya Pare, Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Sabtu, 27 Oktober 2018. Sejumlah pejabat yang hadir diantaranya Bupati Kediri, Kapolres Kediri, Dandim 0809 Kediri dan jajaran Forkopimda Kabupaten Kediri.
Amran menuturkan bahwa potensi pertanian di Indonesia sangat besar untuk menyediakan pangan secara berdaulat tanpa impor, bahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi dunia. Sesuai target dari Presiden Joko Widodo, Amran bertekad menjadikan Indonesia sebagai kiblat bagi negara-negara lain sebagai penghasil produk rempah-rempah dan hortikultura.
“Sesuai mimpi kita bersama dan menjadi keinginan Presiden Joko Widodo, bahwa kita memiliki target besar yaitu mengembalikan kejayaan Indonesia seperti 500 tahun yang lalu, dimana negara-negara lain datang ke Indonesia hanya untuk rempah-rempah bukan karena tambang ataupun lainnya. Hal tersebut kita mulai di wilayah Kediri yang juga salah satu penyumbang angka terbesar dalam mengekspor hasil pertanian,” kata Amran.
Sebagai informasi, ekspor pertanian pada 2017 mencapai Rp442 triliun. Angka ini naik 24 persen dibanding 2016, sehingga berdampak pada surplusnya neraca perdagangan pertanian. Sedangkan di tahun 2018 angka ini terus mengalami kenaikan hingga 13 persen dan membawa trend positif selama dua tahun terakhir dalam kenaikan ekpor pertanian dari 24 persen kini kembali naik menjadi 37 persen.
“Kami sangat yakin akan terwujudnya Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045 bila semua potensi yang kita miliki dapat diberdayakan secara optimal,” kata Amran.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya hayati yang melimpah atau mega biodiversity. Kekayaan sumber daya genetik (SDG) ini seyogyanya diikuti dengan sistem pendaftaran, pelestarian, pemanfaatan, perlindungan biofisik (konservasi), dan perlindungan hukum SDG yang kuat.
“SDG yang kita miliki bisa menjadi potensi ekonomi baru yang dapat memberikan manfaat sebagai pendapatan masyarakat dengan nilai yang tidak sedikit bila dikelola dengan baik antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat,” ujar Amran.
Ia menambahkan bahwa dalam pengembangan varietas lokal ini, pemerintah akan belajar banyak kepada Belanda. Belanda merupakan negara eskportir terbesar kedua di dunia di bidang pertanian. Untuk tahun 2017 saja total nilai ekspor negara ini mencapai 113.5 miliar Dolar AS atau 92 miliar Euro, dengan andalan ekspor antara lain bunga, umbi, daging, dan susu.
“Meskipun tidak sekaya Indonesia, Belanda bisa memperkaya koleksi dari setiap sumberdaya hayati yang dimiliki dengan melakukan pertukaran ataupun dengan berbagai cara. Berkaca terhadap keberhasilan Belanda, kami menyambut dengan baik inisiasi yang telah dilakukan dengan melaksanakan pendaftaran varietas lokal, sebagai cikal bakal untuk penyusunan database lengkap dari sumberdaya hayati kita,” katanya. (*)
Penulis: Galuh
Editor : Ishomuddin