Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari: Menangkal Radikalisme Lewat Sejarah

idealoka.com – Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) di Jombang, Jawa Timur, diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa, 18 Desember 2018. Penggagas museum yang juga pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahudin Wahid (Gus Solah) mengatakan landasan pemikiran berdirinya museum ini salah satunya untuk menangkal radikalisme dan memberikan pemahaman pada masyarakat yang benar mengenai sejarah dan peran Islam di Indonesia serta penjelasan tentang nilai-nilai Islam dalam proses pembentukan negara dan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Koleksi museum berupa peralatan gamelan.

Hal tersebut disampaikan Gus Solah pada bekas Menteri Sosial Agung Laksono tahun 2010 saat menyampaikan gagasan museum Islam nusantara. “Saya katakan bahwa kita menghadapi masalah yang tidak ringan berkaitan dengan kelompok-kelompok Islam yang berbeda dengan kita. Kita perlu mendirikan museum dan memberikan informasi pada masyarakat bagaimana Islam itu datang ke nusantara dengan cara damai tanpa dukungan militer dan politik, semata-mata berdakwah dan berniaga,” kata Gus Solah saat sambutan peresmian museum.

Read More

Gus Solah juga mengaku pernah diundang ustad Abu Bakar Ba’asyir di pesantrennya di Ngruki, Solo, dan berdialog dengan para anggota Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). “Saya katakan pada mereka bahwa apa yang bapak-bapak perjuangkan itu sudah diperjuangkan partai-partai NU, Masyumi, dan PSII tapi tidak berhasil,” katanya.

Menurut Gus Solah, setelah melalui proses panjang, maka tokoh-tokoh Islam sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara. “Tokoh-tokoh Islam terlibat dalam proses diskusi merumuskan bangsa. Kita sampaikan ini sebagai bantahan pada kelompok Islam yang mengatakan negara Indonesia ini bukan negara Islam,” kata adik kandung Gus Dur ini.

Salah satu koleksi museum berupa mahkota dari salah satu kesultanan Islam di nusantara.

Gus Solah juga mengkritik anggapan kelompok tertentu yang menyebut Indonesia sebagai negara thogut atau musuh Islam. “Bagaimana negara yang didirikan oleh kelompok-kelompok termasuk kiai-kiai kok bertentangan dengan Islam. Ini enggak paham mereka. Ini juga yang akan disampaikan dalam museum, bagaimana proses para tokoh Islam menerima Pancasila,” katanya. Menurutnya, banyak hukum Islam yang juga diserap dalam aturan perundang-undangan di Indonesia.

Gus Solah berharap informasi yang benar mengenai sejarah Islam dan pengaruh Islam dalam terbentuknya NKRI bisa diperoleh masyarakat dari berbagai benda atau artefak di museum dan informasi yang disediakan secara visual. “Mudah-mudahan informasi ini bisa diserap masyarakat dan pengunjung bisa menyampaikan pada keluarga mereka. Kita membantah (kelompok radikal) dengan menyampakan fakta-fakta,” ujarnya.

Koleksi museum berupa mangkok dari Tiongkok yang diperjualbelikan di nusantara.

Presiden Jokowi mengapresiasi berdirinya Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari. “Museum ini mengingatkan kita bagaimana para ulama dengan berani mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai jihad fi sabilillah,” katanya.

Informasi yang disediakan di museum, menurut Jokowi, juga jadi informasi penting bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia hingga peran kerajaan-kerajaan Islam dalam membangun bangsa. “Kita diingatkan bahwa Islam masuk ke nusantara dengan proses yang sangat damai dan Islam berkembang di Indonesia dengan dialog dan menggunakan media budaya lokal. Kita juga diingatkan kejayaan kerajaan-kerajaan Islam dari Aceh sampai Maluku yang turut menghantarkan kemajuan bangsa masa kini,” ujar Jokowi.

Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) berada di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, sekitar 500 meter di selatan atau belakang Pesantren Tebuireng. Museum di atas lahan 4,9 hektar tersebut dibangun atas inisiatif Gus Solah dan dikerjakan bersama Pemerintah Kabupaten Jombang, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pembebasan lahannya jadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Jombang dan pengerjaannya didanai APBD Provinsi Jawa Timur dan APBN sebesar Rp30 miliar. Pengelolaan museum ini ke depan akan melibatkan unsur pemerintah daerah dan pusat. (*)

  • Penulis     : Ishomuddin
  • Fotografer: Ishomuddin
  • Editor      : Ishomuddin

Related posts

Leave a Reply