idealoka.com (Surabaya) – Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) memberikan bantuan tiga alat bantu canggih untuk meminimalisir kontak dokter dan paramedis dengan pasien Covid-19. Tiga alat tersebut antara lain robot service isolation room, swab chamber atau bilik pengaman untuk melakukan swab, dan bilik sterilisasi untuk tenaga medis.
Penyerahan tiga alat canggih itu diserahkan Rektor ITTS Tri Arif Sarjono kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya, Kamis, 9 April 2020.
BACA : Persempit Penyebaran Covid, Akses Masuk Surabaya Dibatasi
Menurut wanita yang akrab disapa Risma ini, sebelumnya ITTS sudah membantu Pemkot Surabaya membuatkan bilik sterilisasi yang akhirnya dikembangkan oleh pemkot dan disebarkan ke berbagai penjuru Surabaya untuk digunakan masyarakat. Kali ini, lebih dikhususkan bagi para medis yang ada di rumah sakit.
“Sebab, meskipun mereka sudah memakai APD lengkap, tapi masih saja ada yang terjangkit, bahkan ada yang sampai meninggal dunia,” kata Risma dikutip dari jatimnet.com.
Oleh karena itu, ITTS membantu Pemkot Surabaya untuk mengurangi risiko tersebut dengan membuat tiga alat canggih ini. “Dengan adanya alat ini, harapannya dapat membantu petugas mengurangi risiko penularan untuk tim medis,” ujarnya.
BACA : Delapan Peserta Diklat Petugas Haji Asal Lamongan Positif Covid-19
Risma juga menjelaskan ketiga alat itu akan ditaruh di RSUD Soewandhie. Jika rumah sakit lain membutuhkan, maka akan dibuatkan sesuai kebutuhan.
“Sementara satu dulu karena ini sangat baru dan terus disempurnakan. Kita minta bantuan ITTS untuk membuatkan sehingga pihak ITTS termasuk mahasiswanya ikut membantu dan mereka tidak libur. Kami menyampaikan terima kasih banyak, semoga Tuhan yang membalasnya. Ini tugas kemanusiaan karena itu saya terima kasih Pak Rektor dan seluruh jajaran,” kata Risma.
Sementara itu, Rektor ITTS Tri Arif Sarjono mengatakan pihaknya telah menyerahkan tiga alat untuk dokter dan paramedis di rumah sakit. Ia menjelaskan robot service isolation room berfungsi sebagai tempat makan atau pakaian ganti yang dilengkapi dengan pendingin udara (air cooler).
BACA : Tangkal Corona, Risma Racik Minuman Ini untuk Warga Surabaya
Alat ini berbentuk rak bersusun yang dikendalikan dengan mesin robot dan pengendali remote. Rak robot ini bisa digunakan sebagai tempat menaruh atau mengantar barang ke ruang isolasi pasien atau sebaliknya. Di bagian atas rak robot ini diberi kamera CCTV dan monitor tablet. CCTV bisa memantau suasana di sekitar pasien dan monitor tablet bisa digunakan untuk alat komunikasi digital antara pasien dan dokter atau paramedis.
“Kita lengkapi dengan air cooler, bisa panas bisa dingin. Tapi ini bisa dikembangkan yang lain juga, seperti untuk baju kotor pasien. Robot ini diharapkan bisa mengurangi kegiatan dokter yang berinteraksi langsung dengan pasien,” kata Tri.
Melalui robot ini, dokter dan pasien juga bisa berinteraksi melalui tab yang sudah disiapkan di robot tersebut. Bahkan, robot tersebut juga dilengkapi kamera yang bisa digunakan tim medis untuk melihat atau memantau sekeliling pasien. “Robot ini bergerak melalui remot yang dikendalikan oleh tim medis,” katanya.
Sedangkan swab chamber berguna untuk memisahkan antara pasien dengan tenaga medis ketika melakukan pemeriksaan swab sehingga tidak terjadi kontak langsung antara pasien dan tim medis karena dipisahkan dengan bilik dari kaca.
“Kami juga lengkapi sarung tangan panjang untuk digunakan tim medis saat memeriksa (melakukan) swab. Sehingga tenaga medis tidak mudah terpapar pasien,” jelasnya.
BACA : AJI Desak DPRD Malang Tak Memasukkan Wartawan Penerima Bantuan Dampak Covid
Selanjutnya alat ketiga yakni bilik sterilisasi yang akan dikhususkan untuk dokter dan perawat yang memakai APD. Menurutnya, sebelum dilepas satu per satu, setiap APD sebaiknya disterilkan.
“Sangat ketat prosedurnya. Jadi, cuci tangan terus lepas face shield (tameng wajah) dulu terus cuci tangan lagi,” katanya. Begitu seterunya sampai semua APD dilepaskan jika sudah tidak berada di ruang isolasi.
Tri menduga dokter maupun paramedis yang terpapar virus Covid-19 dari pasien akibat virus yang dimungkinkan menempel di APD. Maka prosedur dan sterilisasi APD saat dilepas maupun dipakai kembali harus benar dan aman.
“Mestinya, APD sebelum dilepas harus disterilkan dulu, sehingga tidak ada lagi virus yang akan menyebar. Semoga ini dapat membantu tim medis,” ucapnya. (*)
- Foto: Humas Pemkot Surabaya