Guru Honorer Keluhkan Biaya Internet Pembelajaran Online Selama Pandemi Covid

idealoka.com (Mojokerto) – Para guru honorer atau Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Kabupaten Mojokerto mengeluhkan beban biaya akses internet dan aplikasi video conference berbayar selama pembelajaran online saat pandemi Covid-19.

Sebab biaya pulsa atau data internet dan aplikasi video conference berbayar jadi tanggungan guru sendiri. Karena mengajar dari rumah secara online, guru tidak lagi bisa memanfaatkan akses internet gratis wireless atau tanpa kabel yang tersedia di sekolah.

Read More

“Kalau tugas online ini memberatkan kami, soalnya harus WFH (Work Frome Home). Karena secara otomatis biaya yang dikeluarkan biaya sendiri, kami tanggung sendiri,” ujar Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Honorer SMA/SMK/PK-PLK Jawa Timur Hadie Subagio dikutip dari jatimnet.com, Senin, 20 April 2020.

BACA : Efek Positif Corona, Anak Belajar di Rumah dan Hidup Lebih Bersih

Dalam satu hari, para pengajar GTT itu mengajar selama 4-8 jam untuk 6-8 kelas dimana jumlah rata-rata siswa per kelas sekitar 30 siswa.

“Karena membutuhkan kuota yang banyak, akhirnya saya dan rekan mencari lokasi yang free wifi seperti di balai desa ini,” ucap guru honorer SMKN 1 Kemlagi yang juga warga Desa Mojopilang, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto ini.

Begitu juga siswa yang harus menanggung beban biaya akses data untuk aplikasi video conference. Tak jarang banyak siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran online secara langsung dan harus membeli kuota tambahan serta memanfaatkan fasilitas wifi gratis di warung-warung kopi.

“Siswa ikut berkeluh kesah. Akibatnya kalau tidak punya pulsa, otomatis cari wifi gratis, setidaknya bisa mem-back up kebutuhan sehari-hari,” kata Hadie.

Selain gaji atau honor yang dibawah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) atau Kebutuhan Hidup Layak (KHL), saat ini para guru honorer terbebani dengan biaya akses internet untuk pembelajaran online.

BACA : UN SMP dan Ujian SD Dibatalkan, Kelulusan Siswa Ditentukan Nilai Ini

“Honornya relatif, tergantung kebijakan masing-masing sekolah. Per jam paling sedikit Rp20 ribu sampai Rp30 ribu per jam. Seminggu sekitar 15 jam sampai 20 jam,” ucap pria yang sudah menjadi guru honorer selama 15 tahun ini.

Ia dan 800 GTT dan PTT di Kabupaten Mojokerto berharap pemerintah memberikan perhatian yang sama pada mereka termasuk dalam program kartu Pra Kerja, penambahan alokasi Program Keluarga Harapan (PKH), realokasi Dana Desa untuk penanganan pendemi Covid 19, dan sebagainya.

“Kami juga ingin diperhatikan, jangan dikesampingkan. Kebutuhan kita juga jelas, butuh makan, apalagi teman-teman punya dua sampai tiga anak. (Anak-anaknya) juga sekolah di SD, SMP, maupun SMA atau SMK yang butuh juga biaya untuk sekolah online,” katanya.

BACA : Dampak Covid, Pemkab Kediri Bagikan Ribuan Ton Beras bagi Warga Tak Mampu

Hal yang sama dirasakan Alfayati, guru honorer SMKN Mojoanyar. Pria yang mengajar dua mata pelajaran ini menghabiskan biaya pulsa atau data internet Rp100 ribu per bulan selama mengajar kelas online dengan delapan kelas per hari.

“Dulu sebelum pandemi Rp25 ribu sebulan sudah cukup, karena dibantu wifi di sekolah. Kalau sekarang bisa sampai Rp100 ribu per bulan dan harus cari wifi gratis. Kami harap pemerintah bisa memperhatikan nasib kami yang saat ini juga sudah tidak bisa mencari sampingan,” kata Sekretaris Forkom Honorer SMA/SMK/PK-PLK Jawa Timur ini. (*)

Related posts

Leave a Reply