IDEALOKA.COM (Surabaya) – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya terus memanfaatkan lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) untuk menyejahterakan warga sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Kota Pahlawan. Bahkan, warga Kota Surabaya terus didampingi untuk mengelola lahan BTKD yang ditanami tanaman pangan.
Kepala DKPP Kota Surabaya Antiek Sugiharti memastikan di Kota Surabaya ada sebanyak 18 lahan BTKD yang tersebar di berbagai titik di Kota Pahlawan. Sebanyak 18 lahan BTKD itu antara lain berada di Kelurahan Jambangan, Sumber Rejo, Sambikerep, Lakarsantri, Jeruk RW 03, Persil 12 RW 13 Kelurahan Kebraon, Rusun Warugunung, Kecamatan Wonocolo, Tambak Wedi, Bangkingan, Kutisari Indah Utara, Kutisari Indah Utara VIII dekat Pasar, Pakal Jalan Kauman, Taman Balas Klumprik, Wonocolo 2, Medokan Asri, Wonocolo 3, dan Medayu Kosaghra Rungkut.
“Nah, dari 18 lahan BTKD itu, ada enam lahan yang dikelola langsung oleh kelompok warga dan kita intens mendampingi mulai awal hingga akhir. Enam BTKD itu di antaranya di Kutisari, Wonocolo, dan Medokan Asri Kosaghara dan tiga BTKD lainnya,” kata Antiek seusai melakukan panen lele di lahan kosong kantor Kelurahan Jambangan, Sabtu, 22 Januari 2022.
Ia juga memastikan di lahan-lahan BTKD itu ditanami tanaman pangan seperti ketela pohon dan tanaman pangan lainnya, termasuk tanaman hortikultura seperti sayur, tomat, terong, cabe, dan lainnya. Bahkan, beberapa di antaranya sudah panen jagung dan cabai.
“Kita panen lele di lahan pemkot yang ada di Kelurahan Jambangan. Kebetulan di tempat ini pihak kelurahan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan budidaya ikan lele dan hari ini kita panen sekitar 1 kuintal,” ia memaparkan.
Hasil panen ikan lele itu dibagikan kepada warga di antaranya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), lansia, dan keluarga yang memiliki anak stunting. Selain itu, sebagian dijual untuk tambahan para petani karena pengelolaannya kelompok tani satu padu.
“Jadi, kita terus mendorong warga untuk ikut serta memaksimalkan lahan BTKD demi penguatan ketahanan pangan,” ia menuturkan.
Pada saat akan membuka lahan BTKD itu, DKPP selalu melibatkan lurah, camat, LPMK, dan masyarakat. Bahkan, ketika melakukan penanaman pihaknya juga melibatkan masyarakat, sehingga perlahan mereka banyak yang tertarik untuk mengelola lahan BTKD itu.
“Makanya, beberapa lahan BTKD milik pemkot yang mengelola adalah warga. Benih dan pupuknya dari kita, tapi yang mengelola adalah warga, kita hanya melakukan pendampingan dan pengecekan secara berkala. Namun, banyak pula lahan BTKD yang masih kita kelola dan hasil panennya kita bagikan gratis kepada warga sekitar,” ia menguraikan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Surabaya Rahmad Kodariawan mengatakan warga sangat senang dan antusias mengelola lahan BTKD itu untuk lahan pertanian. Makanya ke depan, warga yang termasuk dalam MBR bisa mengelola lahan BTKD itu.
“Sebenarnya lahan BTKD itu bisa dimanfaatkan MBR. Jadi, MBR yang mengelola dari awal sampai akhir, kita bantu benih dan pupuknya serta pendampingannya, tapi yang mengelola mereka dan hasil panennya bisa dimanfaatkan mereka, bisa dimakan sendiri dan selebihnya dijual untuk pemasukan mereka,” ia menegaskan.
Oleh karena itu, ia juga mengajak kepada warga Kota Surabaya terutama MBR untuk bersama-sama mengelola lahan BTKD. Apalagi, kota ini adalah kota dagang dan kota jasa, sehingga lahan ini bisa dimanfaatkan dan tidak perlu jauh-jauh untuk sewa lahan pertanian.
“Jadi, kita berharap warga juga bisa bertani di Kota Surabaya dan ini untuk ketahanan pangan kita ke depannya,” katanya. (*)