Pengen Pakai Batu Bata Tahan Gempa? Ini Rahasianya

idealoka.com – Batu bata sudah lama jadi salah satu material dalam mendirikan bangunan. Namun bahan bangunan dari campuran air dan tanah liat ini masih rentan retak jika terkena goncangan keras meski dilekatkan dengan semen. Berawal dari kelemahan batu bata biasa yang mudah retak, pada tahun 2010 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Kota Madiun menemukan formula komposisi batu bata yang lebih kuat.

Siswa setempat menemukan formula bahan baku campuran batu bata yang terbukti memiliki daya tahan dan daya lekat lebih kuat dibanding batu bata yang selama ini dibuat perajin batu bata tradisional. Bahan campurannya sederhana, murah, dan mudah didapatkan.

Nina saat jadi siswa SMA Negeri 5 Kota Madiun menunjukkan komposisi dan contoh batu bata tahan gempa.

“Tanah liat dicampur dengan karbon aktif yang terkandung dalam abu asap pembakaran tebu,” ujar salah satu penemu batu bata tahan gempa, Nina Milasari, saat diwawancarai pada 28 Juli 2012. Nina adalah alumni SMA Negeri 5 Kota Madiun dan kuliah di Universitas Brawijaya, Malang.

Nina dan kawan-kawan satu tim Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 5 Kota Madiun memanfaatkan karbon atau abu dari asap pembakaran mesin penggiling dan pemasak tebu dari pabrik gula di Madiun. Abu asap (dust) limbah pabrik gula itu mengandung silikat yang tinggi.

Silikat adalah senyawa yang mengandung satu anion dengan satu atau lebih atom silikon pusat yang dikelilingi ligan elektronegatif. “Silikat atau silikondioksida (SiO2) memiliki daya rekat yang tinggi dan biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan semen atau konstruksi lainnya,” kata Nina.

Awalnya Nina dan kawan-kawan memanfaatkan karbon aktif itu untuk briket yang bisa dijadikan bahan pembakaran. “Setelah tahu mengandung silikat yang tinggi, kami mencoba memanfaatkannya untuk campuran batu bata,” ucapnya.

Batu bata yang bahan bakunya dicampur dengan silikat menjadikan batu bata lebih ringan sehingga lebih tahan getaran atau gempa. “Batu bata dengan campuran karbon ini cocok digunakan untuk bangunan di daerah rawan gempa,” tuturnya.

Setelah dilakukan beberapa kali eksperimentasi, diperoleh volume ideal komposisi campuran karbon pada batu bata yakni 10 persen dengan kuat daya tekan 28,25 kilogram per centimeter persegi. Kuat daya tekan ini sudah melebihi Standar Nasional Indonesia (SNI) sebesar 21 kilogram per centimeter persegi.

Nina saat jadi siswa SMA Negeri 5 Kota Madiun menunjukkan contoh batu bata tahan gempa yang sudah diuji.

Eksperimen juga dilakukan dengan komposisi karbon 5 dan 15 persen. Dengan kadar karbon 5 persen, batu bata memiliki kuat daya tekan lebih kuat yakni 30,67 kilogram per centimeter persegi. Sedangkan jika komposisi karbon 15 persen, batu bata memiliki kuat daya tekan 21,28 kilogram per centimeter persegi. Namun komposisi karbon 5 persen dan 15 persen itu tidak direkomendasikan. “Bagi kami campuran karbon yang idel adalah 10 persen,” ucapnya.

Kekuatan daya tekan batu bata tahan gempa ini sudah pernah diuji di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Rekan satu tim Nina, Christina Kartini, menambahkan batu bata tahan gempa ini tak hanya lebih kuat, biaya produksinya diklaim lebih hemat dan menguntungkan dibanding batu bata biasa atau tanpa campuran karbon.

Dalam hitungan mereka, biaya produksi 1.000 batang batu bata tahan gempa Rp160.000 sedangkan biaya produksi 1.000 batang batu bata konvensional Rp172.000, terpaut Rp12.000. “Harga jualnya sama, Rp350 ribu per 1.000 batang,” ujarnya.

Nina (kanan) dan Christina menunjukkan medali emas yang diperoleh dalam olimpiade pelajar tingkat dunia bidang lingkungan atau International Environmental Project Olympiad (Inepo) di Turki tahun 2010 berkat penemuan batu bata tahan gempa.

Dengan biaya produksi yang lebih murah dan harga jual yang sama, maka keuntungannya lebih besar. Dengan asumsi biaya produksi Rp160.000 dan harga jual batu bata di Madiun saat itu Rp350.000 per 1.000 batang, pembuatnya akan mendapatkan laba Rp190.000. Sedangkan laba dari batu bata biasa Rp178.000. “Ada selisih Rp12.000,” tuturnya.

 

Hasil penelitian batu bata tahan gempa ini dijadikan dalam karya tulis ilmiah dan memenangkan salah satu medali emas olimpiade pelajar tingkat dunia di bidang lingkungan yakni International Environmental Project Olympiad (Inepo) di Turki tahun 2010.

Karya ilmiah mereka berjudul The Use of Sugar Factory Dust in Making Seismic Resistant Bricks atau Kegunaan Limbah Abu (dust) Asap Pabrik Gula dalam Membuat Batu Bata Tahan Getaran (Gempa).

Imam Zuhri bersama Nina dan Christina saat disambut usai meraih medali emas.

Guru pembina Fisika SMA Negeri 5 Kota Madiun, Imam Zuhri, mengatakan pihaknya sangat terbuka jika ada perajin batu bata yang memanfaatkan formula batu bata tahan gempa. “Penelitian anak-anak ini tidak ditujukan untuk komersil, yang penting bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.

Menurutnya, sejak ditemukan formula komposisi campuran karbon dalam pembuatan batu bata, sejumlah perajin di Madiun dan sekitarnya mulai menggunakannya. “Kami senang karena sudah banyak perajin batu bata yang memanfaatkan hasil penelitian anak-anak,” ujarnya. (*)

Related posts

Leave a Reply