E-Jatim Sehat, Aplikasi Penganalisis Demam Berdarah dan Pencegahannya

Tampilan aplikasi e-Jatim Sehat. Foto: jatimnet.com

Surabaya – Untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di masyarakat, tim dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan aplikasi bernama e-Jatim Sehat. Tim tersebut terdiri dari Wiwik Anggraeni dari Departemen Sistem Informasi, Eko Mulyanto Yuniarno, dan Mauridhi Hery Purnomo dari Departemen Teknik Komputer.

Wiwik menjelaskan latar belakang dari penelitian tersebut adalah fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita DBD yang tinggi. Menurut data Kementerian Kesehatan, sejak 2016 hingga Januari 2019 ada 13.683 kasus dan 133 orang meninggal dunia akibat DBD di Indonesia.

“Karenanya, dibutuhkan prediksi persebaran DBD untuk beberapa tahun ke depan agar Indonesia lebih maksimal dalam mengantisipasi persebaran penyakit tersebut,” katanya, Rabu, 15 Januari 2020.

Menurut Wiwik, Aplikasi e-Jatim Sehat adalah aplikasi yang difungsikan untuk memprediksi, memberikan visualisasi, dan Decision Support System (DSS) untuk mengurangi persebaran penyakit demam berdarah di Indonesia. Sasaran pengguna aplikasi ini, menurut Wiwik, adalah instansi kesehatan seperti Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

“Aplikasi ini akan memudahkan instansi kesehatan untuk melihat prediksi persebaran DBD hingga beberapa tahun ke depan,” ujar perempuan asal Madiun ini.

Tampilan aplikasi e-Jatim Sehat. Foto: jatimnet.com

Wiwik menjelaskan DSS merupakan peringatan dan saran yang bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk mengurangi jumlah penyebaran DBD berdasarkan prediksi yang ada. Melalui DSS, Dinas Kesehatan dapat lebih siap mengantisipasi dampak persebaran DBD yang akan terjadi.

“DSS juga disesuaikan dengan jadwal yang tepat bagi Dinas Kesehatan dalam melakukan tindakan antisipasi tersebut,” kata alumnus S2 Teknik Informatika ITS ini.

Selain memiliki DSS untuk mendukung mitigasi persebaran DBD, aplikasi e-Jatim Sehat juga melibatkan banyak faktor dalam memprediksi persebaran DBD sehingga data yang didapatkan lebih akurat.

“Faktor tersebut di antaranya adalah iklim, suhu, curah hujan, kecepatan angin, topografi wilayah, dan jumlah penduduk,” ujarnya.

Wiwik dan tim berharap, ke depan aplikasi ini dapat digunakan di semua instansi kesehatan dan mampu menekan angka penderita DBD di Indonesia. “Intinya, semoga aplikasi ini bisa bermanfaat untuk masyarakat Indonesia,” katanya.

Aplikasi ini bisa digunakan untuk mendeteksi, memprediksi, dan memberi rekomendasi pencegahan sebaran suatu penyakit di tingkat daerah maupun negara dengan syarat harus ada basis data yang dibutuhkan untuk diolah dan dianalisis. (*)

Sumber: https://jatimnet.com/its-ciptakan-aplikasi-e-jatim-sehat-untuk-cegah-dbd-ini-cara-kerjanya

Related posts

Leave a Reply