IDEALOKA.COM – Sebanyak 100 pelajar dari SMA Kemala Bhayangkari 3 Porong (Smabhatig) dan SMAN 3 Sidoarjo mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Gabungan (Diklatjurgab), Ahad, 28 April 2024.
Diklat dilakukan secara indoor dan outdoor. Diklat yang digagas pengurus Majalah Generasi Smabhatig (Magastig) ini mendatangkan narasumber jurnalis yang juga Koresponden Tempo, Ishomuddin.
Selain bekerja untuk Majalah Tempo, Koran Tempo, dan media online Tempo.co, jurnalis kelahiran Banyuwangi, 14 Maret 1980, itu juga menjadi Pemimpin Redaksi idealoka.com dan Jatimnet.com.
Di tahap awal, peserta diklat diberi teori dan sesi diskusi yang digelar di Aula Swastika Nawasena SMA Kemala 3 Bhayangkari Porong. “Peserta diberi teori dulu di aula. Setelah teori, peserta diajak praktik liputan langsung di Pasar Porong,” kata Ketua Panitia Diklatjurgab Delon Dwi Rachmadi.
BACA: Darun Najah dan Idealoka Gelar Pelatihan Jurnalistik bagi Siswa MI dan MTs
Dari 100 peserta, peserta dibagi dalam sepuluh kelompok dengan jumlah per kelompok 10 anak. “Anggota kelompok diberi peran dan tugas masing-masing untuk wawancara narasumber, mengambil foto dan video narasumber serta aktivitas di lokasi liputan,” kata Penanggung Jawab Diklatjurgab Fazar Auliah Bagus Wibowo.
Sepuluh kelompok dibagi untuk meliput sepuluh obyek liputan antara lain stan pedagang sayuran, pedagang buah, pedagang beras, pedagang gerabah, toko emas atau perhiasan, pedagang baju, pasar loak atau barang bekas, jasa kusir delman di Pasar Porong, Pemadam Kebakaran Unit Porong, dan Bus TransJatim yang mangkal di Terminal Pasar Porong.
Setelah praktik liputan selesai, setiap kelompok menuliskan hasil liputan menjadi sebuah berita beserta fotonya dan berita dalam bentuk video atau laporan langsung (live report).
Kemudian, teks berita beserta foto yang sudah dibuat diunggah ke dalam web atau blog yang dibuat masing-masing kelompok.
BACA: Jurnalis Cilik Siswa MI dan MTs Darun Najah Meliput Porseni MI se-Jatim
“Diklat itu tidak hanya teori, tapi harus ada praktik dan evaluasinya. Anak-anak zaman sekarang sudah tidak gaptek dengan perangkat IT, tinggal kita mengarahkan penggunaan IT untuk publikasi karya jurnalistik mereka,” kata Ishomuddin.
Menurutnya, untuk level pelajar, yang masih jadi kelemahan adalah penulisan berita. “Anak-anak masih banyak yang belum paham format sebuah berita dan bagaimana membuat berita dengan kalimat yang efektif dan tentunya tetap mengacu pada KBBI dan PUEBI,” kata pria yang mengawali karir sebagai wartawan Koran Seputar Indonesia (Sindo) ini.
Ia mengingatkan pentingnya aturan berbahasa Indonesia yang baik dan benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PEUBI). “Jangankan di kalangan pelajar, di banyak media online skala kecil dan menengah yang bermunculan di internet, redaksi mereka masih lemah dalam menerapkan aturan dalam PUEBI dan KBBI,” kata jurnalis alumnus Lembaga Pers Mahasiswa Sastra (LPMS) Ideas, Fakultas Sastra Universitas Jember (Unej) ini.
BACA: Konsultasi Gratis Buat Website, Medsos, dan Laporan Keuangan Lembaga
Diklat tersebut menghasilkan sepuluh berita karya jurnalistik dari sepuluh kelompok yang dipublikasikan dalam blog atau web melalui blogspot.com atau blogger.com yang terhubung dengan akun Google. Karya mereka bisa diakses melalui jaringan internet. “Dengan diunggah ke web atau blog, karya mereka bisa tersimpan dan bisa dilihat secara digital,” kata pria yang sudah bekerja sebagai jurnalis selama 17 tahun ini.
Diklat ini juga dihadiri guru pembina jurnalistik SMA Kemala Bhayangkari 3 Porong Vanny Agus Dwidyantoro dan pelatih jurnalistik SMAN 3 Sidoarjo Khrisna Hermawan Warsono.
“Kami ucapkan terima kasih pada pemateri yang sudah memberikan banyak ilmu untuk anak-anak dan saya harap tidak berhenti di sini, kalian harus terus mengembangkan kemampuan di bidang jurnalistik,” kata Vanny berpesan pada anak didiknya yang menggeluti jurnalistik.
Sementara itu, Khrisna memberikan tips agar file video yang dihasilkan anak-anak tidak terlalu berkapasitas besar. “Kita bisa mengubah setting resolusi gambar video pada ukuran 720p (pixel), itu sudah cukup, agar file hasil jadinya tidak terlalu besar,” kata pelatih jurnalistik yang pernah bekerja sebagai editor dan kameramen di Metro TV Biro Jawa Timur ini. (*)