Peralatan yang dipakai seperti alat komunikasi intelijen
IDEALOKA.COM (Surabaya) – Rabu, 23 April 2025, petugas keamanan Kampus C Universitas Airlangga (Unair) sibuk mengatur arus kendaraan yang masuk ke lokasi kampus. Hari itu pertama digelar Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK)-Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).
Sejumlah calon peserta UTBK-SNBT sesi dua pada siang hari mulai berdatangan dengan berpakaian atas putih dan bawahan hitam.
Satu jam sebelum ujian dimulai, seluruh siswa diperiksa dan dilarang membawa peralatan apapun. Bahkan sepatu yang mereka pakai harus dilepas dan diganti dengan sandal kain kasa yang memang disediakan oleh Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB).
Tak hanya di Unair, UTBK-SNBT digelar di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ditunjuk sebagai lokasi UTBK.
Meski panitia sudah mengatur ketatnya distribusi soal hingga pengaturan lokasi ujian, namun upaya kecurangan masih terjadi di tiap tahun.
“Seperti hukum pasar, andaikan kalau 860.976 peserta UTBK ini enggak ada yang mau pakai joki, khan mau pakai modus apapun yang ditawarkan khan enggak akan laku, masalahnya ini khan di peserta yang mau menggunakan mekanisme itu (curang mengakses soal),” kata Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok, dalam konferensi pers yang disiarkan di channel Youtube SNPMB ID, Selasa, 29 April 2025.

“Selama masih ada yang berminat, mereka (joki dan sindikat kecurangan lainnya) tentu cari jalan yang makin canggih juga,” katanya.
Dari hasil penelusuran Panitia SNPMB, pihak-pihak yang melakukan kecurangan itu bisa dari perseorangan (peserta), orang lain yang berperan sebagai joki atau orang yang mengerjakan soal dengan memakai identitas peserta, lembaga bimbingan belajar, hingga melibatkan pegawai di dalam kampus atau lokasi UTBK.

“Yang di Universitas Jember itu melibatkan orang dalam dan alat yang digunakan sudah langsung ditemukan oleh Panitia setempat,” kata Eduart.
Kecurangan dalam mengakses soal UTBK di Universitas Jember (Unej) adalah dengan memasang router sebagai proxy atau perantara yang menghubungan komputer peserta dengan jaringan komputer eksternal. Router itu disimpan di dalam kotak printer yang diletakkan di atas lemari di dalam ruang ujian.
“Menurut keterangan dari Rektor Unej, orang dalam yang terlibat akan dipecat dan kasus ini sudah diserahkan ke kepolisin untuk diselidiki, kita tunggu bersama hasilnya,” kata Eduart.
Sementara itu, modus kecurangan lainnya adalah menggunakan kamera dan alat dengar serta transmitter super mini berukuran milimeter yang dipakai peserta.
Di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Panitia SNPMB menemukan kamera super mini yang dipasang di frame kacamata peserta untuk melihat soal di layar komputer peserta di ruang ujian dan terhubung dengan orang lain yang membantu mengerjakan soal.
Di Universitas Diponegoro, Semarang, Panitia SNPMB menemukan:
- Kamera super mini dan handphone dipasang di ciput atau kain penutup rambut di dalam jilbab
- Transmitter (penghubung komunikasi) dipasang di kuncir rambut
- Alat bantu dengar berukuran milimeter di telinga.
Bahkan, ada juga yang menginformasikan bahwa ditemukan kamera super mini di behel atau kawat gigi peserta.

Dari hasil penelusuran sementara oleh Panitia SNPMB, kecurangan ditemukan di 13 Pusat UTBK atau kampus tempat lokasi UTBK.
“Temuan ini juga berkat informasi peserta lain di sampingnya yang curiga karena mendengar peserta sampingnya berbisik-bisik (berkomunikasi dengan pihak lain atau joki melalui alat bantu),” kata Eduart.
Eduart mengatakan Panitia bersama Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia akan mengkaji sanksi yang akan diberikan pada peserta yang curang serta tindakan hukum yang akan dikenakan pada pihak-pihak yang terlibat dalam kecurangan ini. (*)