Mengabdi 37 tahun, PNS di Polri Ini Sempat Digaji Rp15 ribu

Rakhmad alias Pak Mad sedang menjalankan tugas di Sat Reskrim Polres Mojokerto, Mei 2016.

idealoka.com – Sabar, telaten, dan bekerja keras tanpa malu asal pekerjaan itu halal. Begitu kira-kira sosok PNS Polres Mojokerto yang sudah puluhan tahun mengabdi ini.

Jika masyarakat butuh proses sidik jari dalam pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Polres Mojokerto, pasti akan menemui pria kurus ini yang selalu stand by di ruang lobi depan gedung Sat Reskrim Polres Mojokerto.

Read More

Rakhmad atau Pak Mad, begitu ia biasa disapa. Pak Mad bukan petugas yang melakukan proses sidik jari, ia hanya mengarahkan tempat proses sidik jari yang berada di lantai atas.

Tak hanya itu, bapak dengan empat orang anak ini juga jadi pengantar surat atau berkas khususnya di Sat Reskrim Polres Mojokerto. Sikapnya yang supel membuatnya tak asing termasuk bagi kalangan wartawan yang meliput kegiatan Polres Mojokerto. Apalagi Pak Mad kerap membantu petugas kepolisian menyiapkan rilis perkara di hadapan wartawan.

Tak terasa sudah 37 tahun ia mengabdi di Polres Mojokerto sejak tahun 1979 sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) hingga diangkat jadi PNS. Semula ia hanya membantu tugas ayahnya, Yaman, yang juga lama jadi sopir Waka Polres di era itu.

Rakhmad alias Pak Mad sedang melayani masyarakat di Sat Reskrim Polres Mojokerto, Mei 2016.

“Lalu pada tahun 1981 ayah saya meninggal dan saya putus sekolah meski sudah kelas III di SMA PGRI Kota Mojokerto karena tidak ada biaya,” ujar Rakhmad saat berbincang, Mei 2016.

Warga Kelurahan Jagalan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini menjelaskan sebelum ayahnya meninggal, sembari sekolah, ia membantu ayahnya bekerja di Polres Mojokerto sebagai petugas kebersihan. Saat itu menurut pria kelahiran Mojokerto, 20 Juni 1961 ini, Markas Polres Mojokerto masih berada di Jalan Bhayangkara, Kota Mojokerto, tak jauh dari rumahnya. Lalu Markas Polres Mojokerto pindah ke Jalan Gajah Mada 99 Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, sekitar 15 kilometer dari Kota Mojokerto.

Pak Mad bercerita suka dukanya selama jadi PHL di Polres Mojokerto. “Gaji saya waktu itu mulai Rp15 ribu sampai Rp100 ribu per bulan,” katanya. Semula ia bertugas di Sat Intelkam membantu pengurusan SKCK selama dua tahun, berpindah ke Seksi Umum satu tahun, kemudian jadi sopir Bhayangkari sampai sopir Kapolres dan keluarga Kapolres saat itu. Pak Mad tak ingat sudah berapa Kapolres yang ia layani.

Menarik Becak dan Jualan Es
Beranjak semakin dewasa, Pak Mad menikahi Siti Maslikah, gadis asal Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih muda darinya. Karena gaji bekerja di Polres tak cukup, ia pun mencari pekerjaan sampingan mulai dari jadi tukang becak sampai jualan es. “Sore hari setelah pulang kerja, saya narik becak. Kalau Minggu, saya jualan es di Jalan Bhayangkara karena di situ ramai kalau Minggu,” ujarnya.

Di awal era Persiden SBY tahun 2004, Pak Mad mendapat kabar gembira karena PHL masuk database kepegawaian sebelum diangkat menjadi PNS. Pak Mad berstatus calon pegawai (capeg) sebelum diangkat jadi PNS pada tahun 2006.

Pengabdiannya selama puluhan tahun sebagai PHL sampai capeg dan PNS berbuah manis. Pak Mad menerima rapelan gaji. “Tahun 2009 saya menerima rapelan gaji sebesar Rp25 juta,” ucapnya.

Setelah menjadi PNS ia ditugaskan membantu di Seksi Umum hingga akhirnya di Sat Reskrim Polres Mojokerto sampai sekarang. Pak Mad berusaha menaikkan status golongan pegawainya yang hanya golongan IIB karena menggunakan ijazah SMP setelah bangku SMA ia tinggalkan. Setelah mengikuti program Kejar Paket C setara SMA, ia pun lulus dan golongan pegawainya naik menjadi IIA.

Sebagai kepala keluarga, Pak Mad harus memutar uang untuk menghidupi anak-anak dan istrinya. Hobinya merawat burung ia tuangkan jadi lahan bisnis. Kini, ia punya dua toko pakan burung yang dikelola istri dan anak sulungnya.

“Saya punya dua toko, satu di Jalan Raya Pasinan (Desa Jabon, Kecamatan Mojoanyar) yang dijaga istri saya dan satu lagi di Desa Mlaten (Kecamatan Puri) yang jaga anak saya yang pertama,” tuturnya.

Kisah Pinjam Uang ke Kapolres
Apa kisah paling berkesan selama puluhan tahun mengabdi di Polres Mojokerto? Pak Mad teringat saat menjadi sopir Kapolres tahun 2004. Saat itu isteri Pak Mad hamil besar dan akan melahirkan anak bungsunya. Karena tak punya cukup uang untuk kebutuhan persalinan istrinya, Pak Mad pun memberanikan diri meminjam uang ke Kapolres saat itu yang dijabat AKBP Yovianes Mahar.

“Sebelum Pak Kapolres berangkat rapat ke luar kota, saya mohon izin pinjam uang Rp400 ribu dan saya sanggup bayar lewat potong gaji,” katanya. Karena pengabdian Pak Mad selama ini, AKBP Yovianes pun membantunya secara cuma-cuma. “Saya langsung diberi uang Rp500 ribu dan tidak perlu potong gaji,” ujarnya. Uang sejumlah itu di tahun 2004 cukup besar dan cukup untuk biaya persalinan.

Meski berpendapatan kecil selama menjadi PHL, Pak Mad tak ingin mencari pekerjaan lain, apalagi usianya semakin beranjak tua. Ketekunannya selama ini membawa berkah sampai jadi PNS. Ia pun berpesan agar kita mensukuri apapun yang didapat dan tetap bekerja keras. “Tetap sukuri dan nikmati apa yang ada meski itu hanya sedikit,” katanya. (*)

Nama : Rakhmad
Lahir   : Mojokerto, 20 Juni 1961
Isteri   : Siti Maslikah

Anak :
1. Mochamad Jefri (24 tahun)
2. Yudha Prasetya (22 tahun)
3. Sefia Tri Rahmawati (14 tahun)
4. Sherly (12 tahun)

Related posts

Leave a Reply