idealoka.com (Surabaya) – Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Namun, suara Ari Triastutik masih terdengar begitu bersemangat. Dia adalah salah satu petugas pemakaman jenazah Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya. Di tempat ini, jenazah pasien Covid-19 dimakamkan.
Saat dihubungi, ia menjelaskan bahwa ada jenazah yang baru selesai dimakamkan. Ia bersama timnya setiap hari biasa memakamkan puluhan jenazah di TPU Keputih.
“Normalnya saya bekerja 12 jam. Tapi meskipun malam sudah pulang ke rumah, pihak rumah sakit dan teman-teman biasanya menghubungi saya, jadinya lebih dari 24 jam, sudah tidak mengenal waktu kalau seperti ini,” kata Ari, Minggu, 18 Juli 2021.
Sebagai seorang istri di rumahnya, ia juga memasak untuk anak dan suaminya. Meskipun memasak, handphonenya selalu dibawa karena sewaktu-waktu ada telepon dari pihak rumah sakit dan teman-temannya bisa langsung diangkat.
“Bahkan, pernah waktu saya mandi ada telepon, ya mau bagaimana lagi, itu tugas saya,” ia menuturkan.
BACA : Aparat dan Relawan “Surabaya Memanggil” Pakai Cara Humanis Ingatkan Aturan PPKM Darurat
Ia mengaku saat awal-awal bertugas di pemakaman, dia takut karena Covid-19 mudah menular. Bahkan, setiap kali mau berangkat kerja, ia mengaku masih ada kekhawatiran untuk memakamkan pasien Covid-19.
“Kalau enggak berangkat, ya gimana ini tugas saya. Tapi mungkin itu manusiawi, ada rasa takutnya, ada rasa khawatir tertular dan sebagainya, tapi akhirnya tetap berangkat dan terus bertugas hingga saat ini,” ia menjelaskan.
Oleh karena itu, ia hanya bisa memohon kepada Allah semoga selalu diberikan kesehatan dan terus menjalankan protokol kesehatan yang ketat dan mengonsumsi vitamin.
“Kalau malam-malam ada yang telepon, saya usahakan selalu salat malam dan memohon kesehatan kepada Gusti Allah, itu saja yang terus saya lakukan,” ia mengungkapkan.
Sementara itu, hal yang sama juga dirasakan petugas pemakaman dari Relawan Surabaya Memanggil, Gedion Kristian Prasetya. Ia menceritakan pengalamannya saat kali pertama menjadi relawan pemakaman.
Pada saat hari pertamanya bertugas, Gedion kaget karena dia langsung menangani banyak jenazah yang meninggal akibat Covid-19. Mulai dari memindahkan, memandikan, hingga mengkafani jenazah.
BACA : Panglima TNI dan Kapolri Tinjau Penanganan Covid-19 di Kabupaten Kediri
“Saya gabung karena ingin benar-benar membantu. Kalau bukan kita siapa lagi, apalagi kalau lihat berita dan faktanya memang banyak tenaga medis yang bertumbangan,” kata Gedion.
Awalnya, ia mengaku sempat tidak percaya dengan kondisi pandemi Covid-19. Namun ketika dirinya melihat sendiri kondisi banyaknya tenaha kesehatan (nakes) yang terpapar dan meninggal, lingkungan sekitarnya banyak yang sakit dan menyaksikan sendiri banyak jenazah yang dimakamkan, akhirnya dia semakin yakin kondisi ini sedang butuh pertolongan dari berbagai kalangan. Di sana lahir inisiatifnya untuk menjadi relawan.
“Kita happy aja, karena kita benar-benar ikhlas tulus membantu apalagi menjadi relawan. Jumlahnya itu per hari ada tiga shift, satu shiftnya delapan jam,” ia memaparkan.
Bahkan, di momen itu Gedion sudah membulatkan tekad untuk bekerja sosial membantu dalam menangani pandemi Covid-19. Apalagi saat bertugas, dia telah mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap agar tidak tertular.
“Selain APD kita juga menjaga imunitas tubuh dan jangan kebanyakan mikir supaya tidak tertular,” katanya. (*)