IDEALOKA.COM (Kediri) – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana selama setahun menjabat menemukan permasalahan dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di pemerintahannya. Salah satunya, penyodoran program kerja yang dinilai hanya menyalin atau copy paste dari tahun-tahun sebelumnya.
Pernyataan orang nomor satu di Kabupaten Kediri itu muncul dalam acara podcast yang ditayangkan di kanal youtube Akbar Faisal Unsensored, Kamis, 3 Maret 2022. Bupati yang akrab disapa Mas Dhito itu membeberkan persoalan yang ditemui di pemerintahannya.
“Problem di Kediri ini banyak sekali kejadian program-program itu, mohon maaf saya harus katakan itu copy paste. Jadi program yang sudah terjadi tahun 2000-an sebelumnya hanya di-copy paste. Banyak yang terjadi seperti itu dan itu saya temukan di beberapa dinas,” kata Mas Dhito.
Orang nomor satu di Pemkab Kediri itu menyayangkan model copy paste program lama sampai terjadi. Menurutnya, setiap dinas dituntut berani memunculkan ide-ide kreatifnya mengikuti laju pemerintahan untuk mencapai visi misi pembangunan.
Sebagai pemimpin baru, awal menjabat mesti melakukan perombakan di pemerintahannya. Dalam podcast itu, Akbar Faisal menanyakan model rekrutmen pegawai yang dilakukan putra Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung itu.
“Anda jamin pengambilan kebijakan pada pemerintahan yang dulu tidak terjadi di pemerintahan Anda ini?,” tanya Akbar Faisal.
Mas Dhito memastikan dalam penempatan pegawai yang dilakukannya bukan atas dasar like and dislike (suka atau tidak suka) melainkan pada raport pegawai. Tahun awal menjabat, Mas Dhito mengakui telah melakukan mutasi sekitar 300 pegawai.
“Saya sangat menjamin dalam melakukan mutasi pegawai, karena saya tidak punya kepentingan apapun di Kabupaten Kediri selain bekerja untuk masyarakat,” katanya.
Dia menuturkan cara yang dilakukan dalam menempatkan pegawai dari penilaian raport yakni pertama dengan melihat serapan anggaran. Kemudian, kedua terkait kinerja yang dilakukan.
“Saya tanya misalnya indikator untuk membuat bakso, yang bersangkutan menjelaskan membuat bakso indikatornya oli, bensin, solar. Ya sudah kamu tidak bekerja berarti,” kata Mas Dhito memberi contoh penilaian kinerja pegawai.
Bupati berusia 29 tahun itu mengaku satu tahun awal merasa sedih karena kepala kepala dinas takut bertemu dengannya. Dia berterus terang pernah ada yang menemui membawa uang untuk kepentingan jabatan.
“Tapi saya tolak, ada yang ngakal–ngakali mungkin itu bahasanya,” ucapnya.
Mas Dhito menceritakan banyaknya surat yang datang setiap harinya, sebagai manusia ada fase di saat tidak teliti. Dia mencontohkan satu program pembangunan dengan nilai sekian puluh milyar. Merasa ada permainan, pembangunan itu tidak disetujui.
Kemudian, yang terjadi program itu namanya diubah dan diusulkan kembali menjadi satu dengan program yang cukup banyak. Nilai nominal anggaran yang diajukan pun dikurangi.
“Contoh, misalnya program pengadaan air minum dihargai Rp1 milyar tidak saya setujui, pada 2-3 minggu berikutnya diusulkan lagi program pengadaan air kendi, misalkan,” katanya.
Mendengar penjelasan itu, Akbar Faisal seketika tertawa. Kasus seperti itu menurut dia sudah menjadi ‘penyakit’ di kebanyakan daerah.
“Penyakitnya itu, di daerah lain juga terjadi,” kata Akbar.
Menurut Mas Dhito, ‘penyakit’ seperti itu tidak bisa dibiarkan. Disisi lain, dia pun tak ingin karena tidak suka lantas langsung memanggil untuk melakukan mutasi dari jabatan. Cara semacam itu dinilai tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
“Penyakit seperti ini sudah harus dibedah. Ini sudah harus betul-betul dikasih tahu bahwa kalau pola ini masih dilakukan, maka yang bersangkutan akan saya ganti,” kata Mas Dhito.
Dalam podcast itu, Akbar memaparkan data sepuluh kabupaten dengan daya saing berkelanjutan teratas dimana Kabupaten Kediri adalah kabupaten yang memiliki daya saing tertinggi di antara seluruh kabupaten di Pulau Jawa. Secara nasional Kabupaten Kediri berada di urutan keempat.