IDEALOKA.COM – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memiliki program ‘Pahlawan Ekonomi Nusantara’ sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Upaya ini sebagai bentuk komitmen Kemensos dalam rangka mengangkat kondisi ekonomi masyarakat menuju stratifikasi ekonomi yang lebih baik. Tentu, program ini merupakan langkah yang tepat untuk memberi suntikan semangat kepada masyarakat, utamanya kepada masyarakat yang kurang mampu dari segi ekonomi.
Dicanangkannya program ini tidak bisa terlepas dari kondisi masyarakat miskin yang ada di Indonesia. Menurut Chambers dalam Nasikun (2001), salah satu jenis kemiskinan yang ada di Indonesia adalah kemiskinan kultural. Kemiskinan ini mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
Salah satu sasaran program ‘Pahlawan Ekonomi Nusantara’ adalah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pelaku usaha ini dilatih dan didampingi secara komprehensif untuk mendapatkan keterampilan yang maksimal. Sebab, UMKM diharapkan mampu menjadi suatu tumpuan masyarakat sebagai sumber penghasilan.
Menurut Rudiantara (2018: iii) UMKM adalah pahlawan ekonomi kita. Mereka mampu bertahan, bahkan tumbuh dari sapaan dua kali krisis ekonomi di waktu lalu, dan membuat ekonomi kita tetap tegak. Artinya, UMKM memiliki peranan penting terkait perekonomian bangsa ini.
Salah satu hal penting dalam rangka menggerakkan roda perekonomian melalui UMKM adalah berkurangnya tindak kriminal. Berdasarkan wawancara penulis dengan Jawasih, pelaku UMKM Kripik Singkong asal Desa Lanjuk, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, bahwa tumbuhnya UMKM di daerah tersebut telah menekan tindak kriminal seperti pencurian sapi atau pencurian sepeda motor.
Sejak sebelum Covid-19, Jawasih telah merekrut sekitar 60 karyawan dengan omzet di atasRp400 juta per bulan. Sejumlah pengangguran di daerah tersebut telah memiliki sumber ekonomi yang bisa menjadi pahlawan bagi keluarganya. Meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat tersebut juga menjadi penyebab semakin tingginya perhatian masyarakat terhadap pendidikan. Otomatis, kondisi ini akan menekan tindak kriminal di kalangan masyarakat.
Hemat penulis, program ‘Pahlawan Ekonomi Nusantara’ bukan sekadar diperuntukkan bagi masyarakat yang kurang mampu dari segi ekonomi. Peruntukan program ini seyogyanya juga mempertimbangkan tinggi-rendahnya angka kriminalitas dalam masyarakat sasaran.
Upaya meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di daerah rawan kriminal akan menekan angka kriminal, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Jawasih, seorang pengusaha kripik singkong asal Sumenep Jawa Timur. Program ‘Pahlawan Ekonomi Nusantara’ yang tepat sasaran menjadi semacam ikon bahwa pemerintah dan masyarakat sama-sama menjadi ‘Pahlawan Ekonomi Nusantara’. Inilah Pahlawan Ekonomi Nusantara yang sesungguhnya!
Penulis: Suhairi (tinggal di Sumenep, Jawa Timur)