IDEALOKA.COM – Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029 dalam sidang paripurna MPR, Ahad pagi hingga siang, 20 Oktober 2024.
Usai dilantik, Prabowo menyampaikan pidato negara pertama kali sebagai presiden. Dengan gaya khasnya yang bersemangat dan intonasi tinggi, Prabowo menyinggung banyak hal, mulai dari tantangan dalam pemerintahan dalam negeri hingga ekonomi dan geopolitik dunia.
Di tengah-tengah pidatonya, Prabowo juga memberi pesan bagi dirinya maupun para pejabat negara, pejabat publik, maupun ASN agar tidak berkuasa dan bekerja untuk kepentingan sendiri maupun keluarga atau kerabat.
BACA: “Free Palestine” Menggema di Sidang MPR Pelantikan Prabowo-Gibran
“Kita berkuasa atas izin rakyat, kita harus bekerja untuk rakyat. Bukan kita bekerja untuk diri kita sendiri, bukan kita bekerja untuk kerabat, bukan kita bekerja untuk pemimpin kita. Pemimpin harus bekerja untuk rakyat. Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang rakyatnya merdeka,” katanya.
Pernyataan bermuatan kritik ini disambut riuh Anggota DPR/MPR dan undangan yang hadir. Para politisi pengusung capres lawan politik Prabowo juga tampak riuh merespons pernyataan Prabowo ini.
Pernyataan itu seakan menyindir semua pihak yang secara sengaja merancang aturan hukum maupun kebijakan politik pemerintahan tertentu untuk menguntungkan sekelompok orang termasuk keluarga atau kerabatnya.
Pernyataan Prabowo ini mengejutkan di tengah isu nepotisme dan oligarki dalam pemerintahan presiden sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi), yang juga hadir dalam sidang paripurna MPR.
BACA: Mas Dhito Sosialisasi Makan Siang Bergizi di SMAN 1 Gurah
Salah satu yang masih diingat adalah perubahan aturan dalam UU Pemilu mengenai batas usia minimal Presiden dan Wakil Presiden melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengantarkan anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, 37 tahun, menjadi Wakil Presiden terpilih.
Pada debat calon Presiden pada Pemilu 2024 lalu, isu nepotisme juga pernah disinggung. Dalam debat, Prabowo tak mempermasalahkan keluarga atau kerabat yang terlibat dalam pemerintahan, namun dengan catatan memang memiliki kapabilitas dan rekam jejak yang baik, serta profesional.
Sejumlah politisi dan pengamat politik menilai Gibran masih belum cukup berpengalaman secara mental dan poltiik menjadi wakil pemimpin negara meski pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Di akhir pidatonya, Prabowo memekikkan kata “Merdeka” tiga kali dengan suara khasnya yang lantang. “Yang tidak teriak merdeka, tidak patriotik,” katanya. (*)