IDEALOKA.COM (Banyuwangi) – Anak berusia 7 tahun korban pembunuhan dan kekerasan seksual di Desa Kalibarumanis, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, dikenal salihah.
Menurut kakek korban, Sutrisno, korban rajin salat jemaah bersama kakek dan neneknya di masjid terdekat terutama salat magrib dan subuh.
Bahkan Sutrisno menceritakan selama tiga hari sebelum meninggal, korban sering menanyakan keberadaan surga.
BACA: Pulang Sekolah, Siswi di Banyuwangi Diduga Diperkosa dan Dibunuh
“Kata bunda (guru) di sekolah, rajin salat akan masuk surga, di surga banyak taman, dia tanya bagaimana tamannya, kakek tidak bisa jelasin. Besok nanya lagi,” ujarnya, Kamis, 14 November 2024.
Sutrisno mengecam pelaku yang tega berbuat keji pada cucu kesayangannya yang masih duduk di kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) itu. Ia mengaku selama ini keluarganya tak pernah punya masalah dengan tetangga maupun orang lain.
“Saya sakit hati. Saya tidak pernah punya masalah, apalagi ayah dan ibu korban,” kata Sutrisno
BACA: Pemkab Banyuwangi Dampingi Psikologis Orang Tua Anak Korban Pembunuhan di Kalibaru
Ayah dan ibu korban masih tinggal serumah dengan Sutrisno. Sedangkan ayah korban sehari-hari bekerja di pabrik triplek di Desa Wonosobo, Kecamatan Srono, Banyuwangi.
“Ayahnya kerja di pabrik triplek, pulang dua minggu sekali. Kami tidak punya masalah dengan siapapun,” tuturnya.
Menurutnya, keluarganya bahkan jarang keluar rumah, kecuali sekadar untuk belanja ke warung atau pergi salat berjemaah di masjid terdekat.
“Keluar paling ke masjid, ke warung. Tidak pernah buat masalah,” ujarnya.
Sutrisno mengaku sangat sakit hati dengan pelaku yang dengan sadis menganiaya korban, mengambil perhiasan korban, dan diduga memperkosa dan membunuhnya.
“Saya tidak punya dendam, saya pasrahkan ke pihak yang berwajib. Mohon doakan adik mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ujarnya.
Sutrisno mengatakan korban juga tak pernah menceritakan perihal gangguan dari orang lain. Selama tiga bulan, korban setiap hari pulang dari sekolah mengendarai sepeda ontel sendirian melewati jalan setapak di tengah perkebunan.
“Tidak pernah cerita diganggu orang, hanya pernah cerita takut dikejar anjing. Lingkungan pun tidak pernah ada masalah, tidak pernah ada kriminal,” kata Sutrisno. (*)