Dinkes Kabupaten Probolinggo dan USAID Skrining TBC, Targetkan 3.000 Orang

SKRINING TBC. Petugas dari Dinkes Kab. Probolinggo dan USAID melakukan skrining gejala TBC pada warga. Foto: Diskominfo Kab. Probolinggo

IDEALOKA.COM (Probolinggo) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo bersama United States Agency for International Development (USAID) Bebas TBC menggelar Active Case Finding (ACF) TBC sebagai upaya percepatan penemuan kasus Tuberculosis (TBC) secara dini.

Kegiatan dimulai 6 Januari dan akan berlangsung hingga 31 Januari 2025. Skrining gejala TBC difokuskan di 20 Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Probolinggo.

Read More

Dengan target 150 orang per puskesmas, sehingga total sasaran mencapai 3.000 orang. Tujuan skrining, yakni untuk mendeteksi gejala TBC lebih awal dan mencegah penyebaran lebih luas.

BACA: Dinkes Kabupaten Kediri Gelar Skrining Penyakit TBC

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo Hariawan Dwi Tamtomo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nina Kartika menjelaskan Indonesia menghadapi beban TBC tertinggi kedua di dunia dengan perkiraan 1.060.000 kasus baru pada tahun 2023.

“Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021. USAID Bebas TBC mendukung upaya tersebut melalui berbagai proyek, termasuk kegiatan ini,” ujar Nina, Senin, 6 Januari 2025.

Nina menyebutkan tujuh target utama dalam program Bebas TBC, di antaranya peningkatan penemuan pasien TBC melalui peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dan perluasan jangkauan penemuan kasus, serta peningkatan kualitas skrining dan diagnosis menggunakan teknologi terkini.

BACA: Kenali Gejala TBC dan Galakkan TOSS TBC

“Kami juga fokus pada pencegahan TBC dengan memperkuat implementasi pengobatan TPT pada TBC laten dan memperkuat kerjasama kemitraan dalam pengendalian TBC,” kata Nina.

TBC masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia dengan diperkirakan 23 persen kasus TBC tidak terdiagnosis atau tidak dilaporkan dan dapat meningkatkan risiko penularan. Oleh karenanya, deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting.

Kegiatan ACF merupakan bagian dari tahap ketiga program yang dimulai Januari hingga Juni 2025 yang mencakup 25 kabupaten/kota dengan sasaran kontak serumah dan kelompok berisiko tinggi seperti orang dengan HIV, diabetes, kurang gizi, dan perokok.

“Pelaksanaan kegiatan ACF ini diharapkan dapat mempercepat eliminasi TBC dan mengurangi angka penularan,” kata Nina. (*)

Related posts

Leave a Reply