Deteksi Flu Burung dan Pullorum pada Unggas, Lintas Instansi di Jatim Lakukan Surveilans

Ilustrasi virus flu burung (Avian Influenza). Dok. Idealoka

IDEALOKA.COM – Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Indyah Aryani menegaskan upaya menjaga kesehatan hewan, terutama unggas, tidak bisa hanya reaktif saat wabah muncul.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah sejak lama menerapkan langkah-langkah antisipatif, terutama melalui surveillance (pengawasan atau tinjau lapang) Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang dilakukan secara rutin dan sistematis.

Surveillance ini bukan kerja sekali, tapi terus-menerus. Ini bagian dari sistem peringatan dini (early warning system) yang kita bangun supaya penyakit bisa kita deteksi sebelum meledak jadi wabah,” ujarnya saat ditemui di Surabaya, Senin, 19 Mei 2025.

BACA: Kasus Covid-19 Meningkat di Asia, Masyarakat Diminta Perketat Prokes

Dinas Peternakan Jawa Timur fokus melakukan pemantauan pada dua penyakit utama yang kerap menyerang unggas, yakni flu burung atau Avian Influenza (AI) dan Salmonella Pullorum.

Dua penyakit ini dinilai cukup strategis karena berpotensi menimbulkan kerugian besar, baik dari sisi produksi peternakan maupun dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan keamanan pangan.

“Tahun 2024 lalu, kami masih temukan kasus Avian Influenza, tapi hanya pada peternakan rakyat dan itu tersebar di tujuh kabupaten. Total kasusnya 2.152 ekor,” kata Indyah.

Ia memastikan sampai saat ini, tidak ada satu pun laporan kasus Avian Influenza yang ditemukan pada unit-unit breeding farm (peternakan) unggas di Jawa Timur.

Hal ini menurutnya penting karena unit peternakanadalah hulu produksi unggas. Jika titik hulunya bersih, maka rantai produksi bisa lebih aman.

BACA: Ratusan Sapi di Ngawi Terserang PMK, Dinas Peternakan Periksa Sapi di Pasar Hewan

Untuk memastikan kondisi tersebut, Pemprov Jatim juga telah melakukan uji berkala terhadap penyakit salmonella pullorum di semua unit peternakan.

“Kita lakukan pengujian dua kali setahun. Hasilnya pada 2024, semua unit breeding farm di Jatim sudah mendapatkan sertifikat bebas pullorum,” katanya.

Lebih jauh, Indyah juga mengungkapkan bahwa dalam penanganan penyakit Avian Influenza, Jawa Timur telah menerapkan pendekatan lintas sektor berbasis One Health, yaitu pendekatan yang mempertemukan aspek manusia, hewan, dan lingkungan.

Salah satu langkah nyatanya adalah melalui kegiatan Joint Risk Assessment (JRA) atau Penilaian Risiko Bersama.

“JRA ini bukan cuma formalitas. Ini penting untuk memahami risiko secara utuh di semua titik, dari kandang, pasar, hingga lingkungan sekitar. Semua leading sector duduk Bersama, dari kesehatan manusia, kesehatan hewan, sampai pengelola lingkungan,” ujarnya.

Menurutnya, JRA membantu membangun pemahaman yang sama antarlintas sektor dan sekaligus menyadari keterbatasan masing-masing.

BACA: Cegah Penularan PMK, DKPP Kota Kediri Gencarkan Vaksinasi Hewan Ternak

“Kita jadi tahu, sektor mana yang bisa ambil tindakan cepat dan sektor mana yang perlu dukungan. Itu penting untuk penanganan efektif dan terkoordinasi,” katanya.

Indyah menyebut bahwa selama ini kolaborasi antara Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, dan pihak lainnya sudah cukup baik.

Namun ia juga menegaskan pentingnya komitmen jangka panjang dari semua pihak. “Karena penyakit tidak mengenal batas administrasi. Hari ini di kandang rakyat, besok bisa ke pasar, lusa bisa ke kota,” katanya.

Ia mengajak semua peternak rakyat untuk tidak lengah. Deteksi dini, pelaporan cepat, dan penerapan biosekuriti harus terus ditingkatkan.

“Kalau peternakan rakyat ini bisa makin disiplin, saya yakin kasus akan terus menurun dan bisa ditekan semaksimal mungkin,” kata Indyah. (*)

Related posts

Leave a Reply