idealoka.com – Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa jadi sorotan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah ruang kerja, rumah dinas, rumah keluarga, vila miliknya, dan kantor perusahaan keluarganya. Bahkan hampir semua instansi pemerintahan atau satuan kerja di Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah digeledah KPK untuk mengumpulkan data dan bukti terkait dugaan gratifikasi di pemerintahan setempat dan pencucian uang yang diduga melibatkan perusahaan keluarga.
Penyidik KPK juga mulai memeriksa sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) sebagai saksi dalam dugaan gratifikasi yang melibatkan Mustofa di Kepolisian Resor Mojokerto, Jum’at, 27 April 2018.
Mustofa, 45 tahun, lahir dari pasangan suami istri Djakfaril dan Fatimah. Djakfaril merupakan tokoh masyarakat di Desa Tampungrejo, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Djakfaril dikenal sebagai pekerja keras. Beberapa pekerjaan digelutinya sampai menekuni usaha galian C khususnya tanah dan batu.
“Dia (Djakfaril) memang berusaha dari bawah, mulai dari ikut orang sampai punya kendaaraan pikap sendiri untuk mengangkut galian tanah dan batu,” kata sumber yang pernah aktif di Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) era Gus Dur ini.
Kemudian usaha Djakfaril berkembang hingga mendirikan kelompok usaha atau CV Musika. Nama Musika diambil dari kedua anaknya, Mustofa dan Ika Puspitasari. Dikutip dari www.musikagroup.com, CV Musika didirikan sebelum tahun 1984 dan sekarang berkantor pusat di Desa Tawar, Kecamatan Gondang, Mojokerto.
Dari tahun ke tahun bisnis Musika yang semula sebagai penyedia material pecahan batu untuk bangunan atau stone crusher berkembang dan menambah usahanya sebagai penyedia aspal jenis hotmix. Istri Djakfaril, Fatimah, bertindak selaku direktur.
Tahun 1994 CV Musika telah membuka cabang di Pasuruan, Jawa Timur, dan Batang serta Lasem, Jawa Tengah. Kini Musika Group telah mendirikan perusahaan lain yang bergerak di bidang material bangunan termasuk cor beton yakni PT Sirkah Purbantara Utama di Sidoarjo dan PT Jisoelman Putra Bangsa di Mojokerto.
Dengan modal atau dana politik yang cukup, Mustofa maju dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto tahun 2010. Sempat tarik ulur dukungan dengan sejumlah partai politik, Mustofa akhirnya menggandeng salah satu pendidik sekaligus tokoh wanita atau Muslimat NU di Kabupaten Mojokerto, Choirun Nisa.
Pasangan Mustofa-Nisa mengejutkan parpol-parpol besar yang tak mendukungnya dan memenangi pilkada. Di Pilkada 2015 Mustofa dan Nisa pecah kongsi dan jadi lawan politik. Nisa terjegal jadi calon bupati karena tidak sahnya dukungan salah satu parpol. Mustofa yang hanya melawan calon perseorangan kembali menang di Pilkada 2015 dan menjabat untuk periode kedua menggandeng wakil bupati Pungkasiadi.
Karena pengaruhnya di pemerintahan, bisnis keluarganya semakin moncer. CV Musika menjadi kelompok usaha yang dominan sebagai penyedia aspal hotmix maupun cor beton curah dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) baik pembukaan jalan baru maupun peningkatan kualitas jalan.
“Para kontraktor pelaksana diarahkan membeli aspal hotmix dan menyewa peralatan ke CV Musika yang direkturnya adalah Fatimah, ibu Pak Bupati,” kata Ketua Komisi Bidang Pembangunan DPRD Kabupaten Mojokerto Heri Ermawan, 26 Juni 2014 seperti dikutip dari https://nasional.tempo.co/read/588338/jejak-keluarga-bupati-di-proyek-jalan-mojokerto
Proyek jalan di Kabupaten Mojokerto yang sangat pesat sejak Mustofa menjabat bukan tanpa masalah. Salah satunya, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2014, BPK menemukan kerugian negara dalam dua proyek infrastruktur jalan tahun 2013.
Dua proyek tersebut adalah proyek peningkatan jalan lingkungan yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Tata Ruang dan proyek peningkatan jalan desa yang dananya disalurkan melalui Bantuan Keuangan (BK) desa.
Dikuti dari https://nasional.tempo.co/read/588240/bpk-temukan-kerugian-proyek-jalan-di-mojokerto, pada proyek jalan yang dikelola Dinas PU Cipta Karya, BPK menemukan kerugian negara Rp16,1 miliar dari nilai proyek Rp89,8 miliar yang terbagi dalam 555 paket proyek yang digarap 54 kontraktor. Dan dalam proyek peningkatan jalan desa, BPK menemukan kerugian Rp9,09 miliar dari nilai proyek Rp15,35 miliar. CV Musika milik keluarga Mustofa terlibat sebagai penyedia peralatan dan material aspal hotmix.
Tahun 2014 Kejaksaan Negeri Mojokerto sempat mengusut dugaan pidana korupsi dalam dua proyek tersebut namun kejaksaan menghentikannya dan mengalihkannya jadi pelanggaran administrasi sehingga pengusaha dan kepala desa cukup mengembalikan kelebihan pembayaran.
KPK telah menyita sejumlah harta benda Mustofa seperti lima jet ski merek
Seaa-Doo dan enam mobil mahal merek Land Rover, Subaru, Honda CRV, dan Toyota Innova, serta mobil pikap Daihatsu Grandmax dan dua sepeda motor. Diduga masih ada mobil mewah lainnya yang belum ditemukan.
Ibarat roda berputar, bisnis keluarga Bupati Mojokerto yang dibangun dari bawah dan sempat berjaya, kini terancam berada di bawah lagi. KPK sedang melacak aset perusahaan-perusahaan keluarga Mustofa. (*)