IDEALOKA.COM (Jember) – Inovasi teknologi budidaya sumber pangan tidak hanya dilakukan akademisi, ahli, atau praktisi di bidang pangan. Siapapun yang kreatif bisa melakukannya meski harus meminta bantuan ahli di bidang terkait.
Seperti yang dilakukan Didik Suharijadi dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember (Unej). Meski seorang dosen Sastra Indonesia, Didik menciptakan terobosan baru dalam pemanfaatan teknologi sumber pangan di lingkungan kampus dengan memanfaatkan barang bekas dan alat pengontrol digital.
Didik menjelaskan ide ini datang dari seorang dosen senior Sastra Indonesia FIB Unej, Asrumi, yang berinisiatif memanfaatkan gentong bekas properti taman yang tidak dipakai untuk budidaya ikan.
Gentong dari tanah liat itu dimanfaatkan menjadi wadah ternak lele dengan sistem alat serba otomatis untuk pemberian pakan dan penggantian air.
BACA: Kisah Sumani, dari Penggembala Kambing sampai Jadi Profesor di Unej
“Panen pertama membuat para dosen lebih semangat. Kemudian mulai terpikir menambahkan otomatisasi penggantian air dan pemberian pakan agar pada hari libur pemberian pakan dan penggantian air tetap berjalan,” ujar Didik saat ditemui tim Humas Unej di Ruang Dosen Sastra Indonesia FIB Unej, Rabu, 22 Mei 2024.
Didik menjelaskan awalnya kampus mempunyai program menumbuhkan budaya inovatif. “Kita ini khan punya perangkat bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan para ahli bidang lain. Kebetulan di sini ada gentong yang tidak dipakai, kemudian kita manfaatkan. Di Unej ini khan banyak ahli, tinggal bagaimana kita kreatif memanfaatkan teknologi yang berlimpah ini. Mahasiswa juga dapat mempelajarinya, dari praktisnya maupun korpus istilahnya,” ujar Didik.
Dalam proyek ini, ia menerapkan teknologi otomasi untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi budidaya lele. Didik banyak meminta petunjuk dari dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej yang lebih ahli dalam bidang teknologi tepat gunanya.
Didik juga menceritakan inisiatif ini awalnya mendapatkan respons biasa dari mahasiswa karena mereka hanya heran melihat teknologi yang diterapkan. Tetapi setelah dijelaskan bahwa ilmu linguistik punya tugas besar dalam mendokumentasikan perkembangan peristilahan segala bidang, mahasiswa baru memahami pentingnya memperhatikan bidang-bidang lain.
BACA: Kreatif, Mahasiswa KKN Unej Gelar Fashion Show Busana Daur Ulang di Desa Ngimbangan
“Di era serba digital ini, kunci pemasyarakat ilmu adalah istilah. Kalau masyarakat sudah paham istilah-istilah, nama-nama alat, mereka bisa belanja sendiri, belajar sendiri, bahkan berkreasi sendiri, tentu dalam batas tertentu kita harus mengandalkan ahlinya,” ujar Didik.
Kebetulan dengan menggunakan alat sederhana dapat mengajari mahasiswa untuk belajar bagaimana menggunakan alat sederhana sehingga menjadi kreativitas yang bernilai tinggi.
Ternak ikan lele ini sudah berjalan kurang lebih tujuh bulan dan telah menjalani dua periode panen. Panen dilakukan setiap 3,5 bulan. “Jadi, satu periode tanam benih butuh 3,5 bulan. Di bulan ketiga sudah mulai menyicil panen karena pertumbuhan ikan tidak selalu sama,” katanya.
BACA: Mahasiswa KKN Unej Ubah Rumah Korban Erupsi Semeru Jadi Museum
Sembari menunjukkan cara kerja alat otomatisnya, Didik menjelaskan sistem otomatisasi pakan memberikan pakan sebanyak tiga kali dalam sehari sehingga tidak menyebabkan ikan kanibal karena selalu kenyang. “Pemberian pakan diatur menggunakan timer pada pukul 07.00, pukul 15.00, dan pukul 01.00 dini hari,” ujarnya.
Selain itu, terdapat beberapa alat yang digunakan dalam ternak ikan ini seperti gentong, panel surya, timer, baterai, besi bekas dan wadah untuk pakan yang diambil dari beberapa wadah bekas kemasan makanan.
“Melalui pemanfaatan lingkungan, ternak lele ini dapat memberikan beberapa manfaat, salah satunya membiasakan mahasiswa untuk berkomunikasi, mengasah keterampilan menggunakan bahasa untuk mengemas berbagai pengetahuan dari berbagai ahli bidang lain untuk turut melancarkan penyebaran teknologi tepat guna. Sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari,” katanya.
Ia berharap tidak hanya menghasilkan panen ikan saja, tetapi juga dapat menjadi obyek akademik bagi para mahasiswa berbagai disiplin. “Silakan mahasiswa sastra mempelajari peristilahannya, mahasiswa teknik memberi masukan penyempurnaan otomasinya, mahasiswa peternakan mengkaji efisiensinya, mahasiswa sosial ekonomi mengaji peluangnya sebagai ikhtiar ekonomi masyarakat urban,” kata Didik. (*)