Menghitung Beban Warga Lakardowo akibat Salah Kelola Limbah B3 PT PRIA

DEMONSTRASI - Warga Desa Lakardowo, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto, menggelar demonstrasi di Kantor Gubernur Jawa Timur, 27 Agustus 2016 lalu. Mereka mendesak pemerintah membongkar timbunan limbah B3 di dalam area pabrik PT PRIA. Dok: Ecoton

Dermatitis Menurun, ISPA Tetap Tinggi

Meskipun hasil audit menyatakan tidak ada kaitan antara penimbunan limbah B3 dengan kualitas air sumur warga yang memburuk, sekitar tiga atau empat tahun setelah penimbunan limbah B3 oleh PT PRIA tahun 2010, warga mulai mengalami dermatitis (peradangan kulit) setelah menggunakan air sumur. Sejak tahun 2014, terjadi kasus dermatitis massal. Sebelumnya, kasus dermatitis dalam jumlah banyak belum pernah terjadi di Desa Lakardowo maupun Sidorejo.

Read More

Perkumpulan Pendowo Bangkit dan Green Woman memperkirakan jumlah kasus dermatitis tahun 2016 mencapai lebih dari 300 kasus dari lima dusun yang ada di Desa Lakardowo dan tahun 2017 tidak diketahui. 

“Rata-rata anak-anak dan balita, karena kulit mereka rentan. Sejak saat itu, warga tidak berani menggunakan air sumur untuk mandi anak-anak, minum, dan memasak. Warga terpaksa beli air isi ulang sampai sekarang,” kata Koordinator Green Woman Lakardowo, Sutamah, ditemui di rumahnya, Minggu, 25 September 2022.

Sejak warga berganti air isi ulang, jumlah penderita dermatitis di Desa Lakardowo jauh menurun. Menurut data Puskesmas Jetis, jumlah kasus dermatitis tahun 2018 hingga September 2022 rata-rata tak sampai 50 kasus per tahun.  

Begitu juga di Dusun Greol, Desa Sidorejo, dusun yang paling dekat dengan pabrik PT PRIA. Menurut data Puskesmas Jetis, kasus dermatitis cukup banyak di tahun 2014-2016 dan mulai menurun tahun 2017 sampai sekarang setelah warga menggunakan air isi ulang untuk mandi, minum, dan memasak. 

DERMATITIS – Kulit orang dewasa dan anak-anak di Desa Lakardowo mengalami dermatitis pada tahun 2016. Dok: Ecoton

Tak hanya dermatitis, gangguan kesehatan lain juga berdampak ke masyarakat terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA ini diduga akibat pencemaran udara dari cerobong asap pembakaran limbah B3 PT PRIA yang menggunakan insinerator dan pencemaran udara dari limbah batu bara dari PT PRIA yang pernah dibeli dan digunakan warga untuk menguruk lahan rumah dan jalan.

Bahkan menurut data Puskesmas Jetis, jumlah kasus ISPA di Desa Lakardowo rata-rata di atas 150 kasus per tahun sejak tahun 2018 hingga September 2022. Rata-rata kenaikan sebesar 21,6 persen per tahun.  

Sedangkan di Dusun Greol, Desa Sidorejo, jumlah kasus ISPA dari tahun 2014 hingga September 2022 rata-rata juga di atas 100 kasus dalam setahun. Kasus terbanyak terjadi pada tahun 2015, 2016, dan 2020. Sedangkan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar 108,09 persen dibanding 2019 dan tahun 2015 naik 74,27 persen dibanding 2014.

Kepala Puskesmas Jetis, Nurcahyati Akbar Kusuma Wardani, mengatakan penyebab dermatitis dan ISPA bermacam-macam. Jika dikaitkan dengan dampak sebuah industri, maka perlu melihat rekam medis atau diagnosis dari seorang pasien untuk mengidentifikasi apakah memang dipengaruhi dampak industri atau tidak.

“Harus memilah sesuai diagnosa, sesuai rekam medisnya, karena penyebab dermatitis dan ISPA itu bermacam-macam,” katanya saat dikonfirmasi, Selasa, 4 Oktober 2022. 

Dokter yang akrab disapa Dani ini mengatakan dermatitis bisa dikategorikan dalam tiga macam. “Ada dermatitis kontak, alergi, dan iritan,” katanya. 

Terlepas dari dampak penimbunan dan pembakaran limbah B3 oleh PT PRIA, Dani mengimbau masyarakat tetap menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Harus hidup bersih dan sehat, mulai dari diri sendiri. Dermatitis bisa juga dari pola hidup, harus sering membersihkan ruangan, tempat tidur, ganti baju kalau berkeringat. ISPA juga seperti itu, ruangan harus dapat ventilasi udara yang cukup,” katanya. 

Related posts

Leave a Reply